Seperti koalase kenangan yang di cairkan waktu.Layaknya memutar mundur film
,sedikit demi sedikit perlahan menuju bagian awal.Dan seperti sensor yang
bekerja otomatis memindai barang-barang yang entahlah seperti apa
bentuknya.Mulailah otakku mengotak atik kejadian-kejadian masa lalu.Dari
sesuatu yang bisa bikin jungkir balik ataupun yang bikin setres setengah
hidup,dari rasa sakit yang tidak terperi sampai bahagia yang tak bertepi.Dari
ranah fikiran menjadikan manusia nocturnal atau apalah,banyak yang terjadi.Dan
ketika semua satu persatu menjadi bagian dari hari-hari sangat susah memang
melepas kebiaasaan.Bagaimana bisa aku terbiasa meminum air mineral setiap hari
namun tidak untuk kali ini(ibaratnya).Tentang visual yang tak mencerminkan isi
hati misalnya.Memang ada sesuatu yang harus aku sembunyikan dan hanya aku saja
yang berhak mengetahui.Sebenarnya aku tidak beda jauh dari kalian kalau soal
wanita yang bisa dibilang sensitif.Kalau kalian bisa berderu membuang air mata
karna masalah yang tak kunjung pergi darimu misalnya aku juga bisa begitu
hanya saja Aku lebih suka diam menyimpan masalahku dan menebar
senyum,biarkan orang lain tak ikut merasakan apa yang aku rasakan.sudah lah tak
perlu ada yang di cemaskan,aku akan baik-baik saja.
Artika Ningtyas
Tanah Surga…Katanya sebuah film yang perlu menjadi bahan renungan bagi
sebagian para pejabat negri atau bisa jadi semuanya.Miris sekali melihat carut marut negri ini kususnya bagai
sodara-sodara setanah air kita di pinggiran.Film ini lebih tepat sebuah film fiksi dengan pendekatan
dokumenter.Banyak adegan yang menyentuh bagi mereka yang punya hati untuk
bangsa ini. Saya tersentuh ketika Salman membacakan puisi yang
berjudul Tanah Surga ..
katanya
Tapi kata kakekku hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu
Kail dan jala cukup menghidupimu... katanya
Tapi kata kakekku ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara
Tiada badai tiada topan kau temui... katanya
Ikan dan udang menghampiri dirimu... katanya
Tapi kata kakek, awas ada udang di balik batu
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman... katanya
Tapi kata dokter Intel, belum semua rakyatnya sejahtera banyak pejabat yang menjual kayu & batu untuk membangun surganya sendiri
Film ini seperti bentuk kekecewaan bagi para
pemimpin di negeri ini, dimana mereka terlalu memikirkan perut mereka.
Seharusnya para pemimpin menonton film ini, agar mereka lebih memperhtikan
pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya khususnya di perbatasan dan
pulau terluar Indonesia. Bagi pembaca yang kurang suka dengan film Indonesia,
mungkin film ini bisa membuat anda menjadi lebih suka dengan film buatan anak
bangsa sendiri.
Artika Ningtyas
Demikian aku mengawali dengan rasa Ikhlas aku serahkan apapun yang terjadi
Atas sangkaan,atas hujatan atas kebencian,Aku tidak sedang mengotak-atik angka alphabet dalam mainan kotak kecil milik anak usia 2 tahun, kalian bisa berfikir dan menyadari.
Aku tidak merengek meminta kalian mendengerkan,aku bukan anak kecil yang menangis karena sebatang permen.''Terserah'' kata terakhir yang bisa aku ucapkan aku ikhlas atas apa-apa yang di sangkakan.Tapi setidaknya jika kalian ingin dimengerti pekalah terhadap semua keadaan.Apakah aku harus mengayunkan tamparan keras dengan berucap 'bagaimana dengan anda'?
Bukan berarti aku marah aku hanya ingin mengkondisikan sesuatu tepatnya jika anda berada di titik terabsyal atau sudut terpojok.Apapun yang kalian sangkakan apapun itu berfikirlah sebelum berucap,sebelum menyakiti perasaan orang lain.
Kita tidak pernah tau seberapa besar niat orang untuk berubah.Jadi apapun yang terjadi siapapun yang berbicara denganmu tolong ''Dihargai" .Lalu sekiranya ada masa aku pernah membuat kesalahan sedia sangat aku memita maaf,sekarang juga.
Atas sangkaan,atas hujatan atas kebencian,Aku tidak sedang mengotak-atik angka alphabet dalam mainan kotak kecil milik anak usia 2 tahun, kalian bisa berfikir dan menyadari.
Aku tidak merengek meminta kalian mendengerkan,aku bukan anak kecil yang menangis karena sebatang permen.''Terserah'' kata terakhir yang bisa aku ucapkan aku ikhlas atas apa-apa yang di sangkakan.Tapi setidaknya jika kalian ingin dimengerti pekalah terhadap semua keadaan.Apakah aku harus mengayunkan tamparan keras dengan berucap 'bagaimana dengan anda'?
Bukan berarti aku marah aku hanya ingin mengkondisikan sesuatu tepatnya jika anda berada di titik terabsyal atau sudut terpojok.Apapun yang kalian sangkakan apapun itu berfikirlah sebelum berucap,sebelum menyakiti perasaan orang lain.
Kita tidak pernah tau seberapa besar niat orang untuk berubah.Jadi apapun yang terjadi siapapun yang berbicara denganmu tolong ''Dihargai" .Lalu sekiranya ada masa aku pernah membuat kesalahan sedia sangat aku memita maaf,sekarang juga.