Artika Ningtyas
Seperti koalase kenangan yang di cairkan waktu.Layaknya memutar mundur film ,sedikit demi sedikit perlahan menuju bagian awal.Dan seperti sensor yang bekerja otomatis memindai barang-barang yang entahlah seperti apa bentuknya.Mulailah otakku mengotak atik  kejadian-kejadian masa lalu.Dari sesuatu yang bisa bikin jungkir balik ataupun yang bikin setres setengah hidup,dari rasa sakit yang tidak terperi sampai bahagia yang tak bertepi.Dari ranah fikiran menjadikan manusia nocturnal atau apalah,banyak yang terjadi.Dan ketika semua satu persatu menjadi bagian dari hari-hari sangat susah memang melepas kebiaasaan.Bagaimana bisa aku terbiasa meminum air mineral setiap hari namun tidak untuk kali ini(ibaratnya).Tentang visual yang tak mencerminkan isi hati misalnya.Memang ada sesuatu yang harus aku sembunyikan dan hanya aku saja yang berhak mengetahui.Sebenarnya aku tidak beda jauh dari kalian kalau soal wanita yang bisa dibilang sensitif.Kalau kalian bisa berderu membuang air mata karna masalah yang tak kunjung pergi darimu misalnya aku juga bisa begitu  hanya saja Aku lebih suka diam menyimpan masalahku dan menebar senyum,biarkan orang lain tak ikut merasakan apa yang aku rasakan.sudah lah tak perlu ada yang di cemaskan,aku akan baik-baik saja.
Labels: 0 comments | edit post
Artika Ningtyas

Tanah Surga…Katanya sebuah film yang perlu menjadi bahan renungan bagi sebagian para pejabat negri atau bisa jadi semuanya.Miris sekali melihat carut marut negri ini kususnya bagai sodara-sodara setanah air kita di pinggiran.Film ini lebih tepat sebuah film fiksi dengan pendekatan dokumenter.Banyak adegan yang menyentuh bagi mereka yang punya hati untuk bangsa ini. Saya tersentuh ketika Salman membacakan puisi yang berjudul Tanah Surga .. katanya 

Quote:Bukan lautan hanya kolam susu... katanya 
Tapi kata kakekku hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu

Kail dan jala cukup menghidupimu... katanya 
Tapi kata kakekku ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara

Tiada badai tiada topan kau temui... katanya  
Ikan dan udang menghampiri dirimu... katanya
Tapi kata kakek, awas ada udang di balik batu

Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman... katanya 
Tapi kata dokter Intel, belum semua rakyatnya sejahtera banyak pejabat yang menjual kayu & batu untuk membangun surganya sendiri


Film ini seperti bentuk kekecewaan bagi para pemimpin di negeri ini, dimana mereka terlalu memikirkan perut mereka. Seharusnya para pemimpin menonton film ini, agar mereka lebih memperhtikan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya khususnya di perbatasan dan pulau terluar Indonesia. Bagi pembaca yang kurang suka dengan film Indonesia, mungkin film ini bisa membuat anda menjadi lebih suka dengan film buatan anak bangsa sendiri.

Labels: 0 comments | edit post
Artika Ningtyas
Demikian aku mengawali dengan rasa Ikhlas aku serahkan apapun yang terjadi
Atas sangkaan,atas hujatan atas kebencian,Aku tidak sedang mengotak-atik angka alphabet dalam mainan kotak kecil milik anak usia 2 tahun, kalian bisa berfikir dan menyadari.
Aku tidak merengek meminta kalian mendengerkan,aku bukan anak kecil yang menangis karena sebatang permen.''Terserah'' kata terakhir yang bisa aku ucapkan aku ikhlas atas apa-apa yang di sangkakan.Tapi setidaknya jika kalian ingin dimengerti pekalah terhadap semua keadaan.Apakah aku harus mengayunkan tamparan keras dengan berucap 'bagaimana dengan anda'?
Bukan berarti aku marah aku hanya ingin mengkondisikan sesuatu tepatnya jika anda berada di titik terabsyal atau sudut terpojok.Apapun yang kalian sangkakan apapun itu berfikirlah sebelum berucap,sebelum menyakiti perasaan orang lain.
Kita tidak pernah tau seberapa besar niat orang untuk berubah.Jadi apapun yang terjadi siapapun yang berbicara denganmu tolong ''Dihargai" .Lalu sekiranya ada masa aku pernah membuat kesalahan sedia sangat aku memita maaf,sekarang juga.
Labels: 0 comments | edit post